BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Psikologi
sebagai salah satu cabang ilmu sosial seakan akan menjadi sesuatu yang tabu
bagi mahasiswa yang mengambil kuliah disalah satu cabang ilmu sosial yang lain.
Banyak mahasiswa yang beranggapan bahwa psikologi seperti menjadi monopoli
mahasiswa jurusan psikologi atau kedokteran, tapi sebenarnya psikologi adalah
bagian dari ilmu sosial yang juga wajib dipelajari cabang ilmu sosial lainnya
karena mereka saling berhubungan.
Seluk
beluk psikologi akan kita coba bahas dalam makalah ini, sehingga sedikit banyak
kita akan tau apa itu psikologi, metode-metode psikologi, teori, dan lain
sebagainya.
1.2
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui
pengertian dan ruang lingkup psikologi
b. Mengetahui
pendekatan dan metode penelitian psikologi
c. Mengetahui
mahzab ilmu psikologi
d. Mengetahui
konsep psikologi
e. Mengetahui
generalisasi psikologi
f. Mengetahui
teori-teori psikologi
1.3
PEMBATASAN
MASALAH
Dalam
penulisan makalah ini, kami memberikan pembatasan kepada:
a.
Pengertian dan ruang
lingkup psikologi
b.
Pendekatan dan metode
penelitian psikologi
c.
Mahzab- mahzab dalam ilmu
psikologi
d.
Konsep-konsep dalam
psikologi
e.
Generalisasi psikologi
f.
Teori-teori psikologi
1.4
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan
studi kepustakaan, yaitu kami memperoleh informasi dari buku-buku yang berisi keterangan-keterangan
mengenai psikologi sebagai salah satu cabang ilmu
sosial.
1.5
SISTEMATIKA
PENULISAN
BAB I. Pendahuluan. Berisi latar belakang, tujuan, pembatasan
masalah,teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II. Pembahasan. Berisi pengertian dan ruang
lingkup psikologi, pendekatan dan metode penelitian psikologi, mahzab- mahzab
dalam ilmu psikologi, konsep-konsep dalam psikologi, generalisasi psikologi,
dan teori-teori psikologi.
BAB III. Penutup. Berisi kesimpulan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
Psikologi
berasal dari bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan kata psyche dan
logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi
diartikan sebagai ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan
karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya,
meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Istilah jiwa sudah sudah jarang
dipakai dan diganti dengan kata psikis. Beberapa ahli mempelajari jiwa atau
psikis manusia dari gejala-gejala yang diakibatkan oleh keberadaan jiwa atau
psikis tersebut. Manusia menghayati kehidupan kejiwaan berupa kegiatan
berfikir, berfantasi, mengingat, sugesti, sedih dan senang, kemauaan, dan
sebagainya (Dimyati Mahmud: 1989).
Gejala pada
manusia dibedakan menjadi gejala pengenalan (kognisi), gejala perasaan
(afeksi), gejala kehendak (konasi), dan gejala campuran (psikomotorik). Gejala
pengenalan atau kognisi merupakan suatu proses atau upaya manusia dalam
mengenal berbagai macam stimulus atau informasi yang masuk ke dalam alat
indranya, menyimpan, menghubung-hubungkan, menganalisis, dan memecahkan suatu
masalah berdasarkan stimulus atau informasi tersebut. Sedangkan yang termasuk
dalam gejala pengenalan adalah pengindraan dan presepsi, asosiasi, memory
berfikir, inteligensi. Gejala afeksi atau perasaan adalah kemampuan untuk
merasakan suatu stimulus yang kita terima, termasuk di dalamnya adalah perasaan
sedih, senang, bosan, marah, benci, cinta dan lain sebagainya. Afeksi atau
perasaan manusoia yang kuat juga sering disebut dengan emosi. Gejala
psikomotorik atau campuran merupakan gabungan dari gejala kognitif dan afektif,
yang memunculkan suatu gerakan atau tingkah laku tertentu.
Dalam
Ensiklopedi Nasional Indonesia menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara
langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung. Psikologi membahas
tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya ( Dakir: 1993). Psikologi
juga merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan
tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok dalam hungunganya
dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat
psikomotor, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, keyakinan,
berperasaan, dan lain sebagainya ( Muhibbin Syah: 2010).
Dari definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungnnya dengan
lingkungan. Tingkah laku tersebut meliputi yang tampak maupun tidak tampak,
tingkah laku yang disadari maupun yang tidak.
Pada hakekatnya
tingkah laku manusia itu sangat luas, semua yang dialami dan dilakukan manusia
merupakan tingkah laku. Objek psikologi sangat luas, karena luasnya objek
psikologi maka dalam perkembangannya ilmu psikologi dikelompokkan dalam
beberapa bidang, yaitu:
a.
Psikologi Perkembangan,
yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku yang terdapat pada tiap-tiap tahap
perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupannya.
b.
Psikologi Pendidian,
yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam situasi pendidikan.
c.
Psikologi Sosial, yaitu
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan masyarakat
sekitarnya.
d.
Psikologi Industri,
yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku yang muncul dalam dunia industri dan
organisasi.
e.
Psikologi Klinis, yaitu
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang sehat dan tidak sehat, normal
dan tidak normal, dilihat dari aspek psikis.
2.2 PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN PSIKOLOGI
2.2.1 PENDEKATAN
Pendekatan
dalam ilmu psikologi secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pendekatan kuantitatif danh pendekatan kualitatif. Secara rinci Atkinson dan
Hilgard (1996:7-14) membagi psikologi atas lima pendekatan, yaitu pendekatan
neurolobiologis, pendekatan-pendekatan perilaku, pendekatan kognitif,
pendekatan psikoanalitik, dan pendekatan fenomenologis.
a.
Pendekatan
Neurobiologis
Pendekatan ini
kajiannya menitikberatkan pada pembahasan struktur otak manusia. Otak manusia
dengan 12 miliar sel saraf dan sejumlah sel penghubung yang hampir tidak
terbatas, merupakan struktur yang paling rumit di alam ini. Kejadian-kejadian
psikologis tergambar dalam memori yang digerakkan oleh otak dan sistem saraf.
Dalam pendekatan ini, berusaha menghubungkan perilaku dengan hal-hal yang
terjadi dalam tubuh, terutama dalam otak dan sistem sarafnya. Dengan demikian,
dalam pendekatan ini menkhususkan proses neurobiologi perilaku dan kegiatan
mental.
Reaksi
emosi seperti rasa takut dan marah dapat dibangkitkan dengan cara memberi
rangsangan pada bagiann otak tertentu. Karena rumitnya susunan otak danb
terdapat kesenjangan pengetahuan kita mengenai bagaimana mekenisme saraf itu
beroperasi sehingga digunakan pula pendekatan lain untuk menyelidiki fenomena
psikologis.
b.
Pendekatan
Perilaku
Pendekatann
ini merupakan pendekatan yang mengamati perilaku manusia, bukan mengamati
kegiatan-kegiatan bagian tubuh manusia. Pendekatan ini diperkenalkan oleh ahli
psikologi Amerika John B. Watson pada awal 1990-an. Sebelumnya psikologi
mengandalkan metode instropeksi, namun Watson tidak setuju dengan metode itu,
karena psikologi dikatakan sebagai ilmu maka datanya harus dapat diamati dan
terukur. Sedangkan instropeksi, hanya individu atau dirinyab sendiri yang mampu
menginstropeksi pengamatan dan perasaannya.
Pendekatan
perilaku turut berperan dalam pengembangan bentuk psikologi. Cabang
perkembangannya yaitu psikologi stimulus-respon
(S-R) yang hingga sekarang masih
tetap berpengaruh. Pada hakikatnya psikologi
S-R mempelajari rangsangan yang menimbulkan respon dalam bentuk perilaku,
mempelajari ganjaran dan hukuman yang mempertahankan adanya respon itu, dan
mempelajari perubahan perilaku yang ditimbulkan karena adanya perubahan pola
ganjaran dan hukuman (Skinner: 1981)
c.
Pendekatan
Kognitif
Bertolak
dari suatu asumsi bahwa sebagai manusia tidak sekedar penerima rangsangan
pasif, otak manusia juga secara aktif mengolah informasi yang diterima dan
mengubahnya dalam bentuk serta kategori pengetahuan baru. Kognisi mengacu pada
proses mental dari persepsi, ingantan, dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan persoalan, dan
merancang masa depan.
Psikologi
kognitif merupakan studi ilmiah mengenai kognisi. Tujuannya adalah untuk
mengadakan eksperimen dan mewujudkan teori yang menerangkan bagaimana proses
mental disusun dan berfungsi. Akan tetapi, penjelasannya mengharuskan itu
membuat ramalan mengenai setiap kegiatan yang dapat diamati, terutama perilaku.
Munculnya pendekatan ini sebenarnya sebagai reaksi atas psikologi S-R yang
dinilai terlalu sempit dan hanya berlaku untuk perilaku sederhana. Sedangkan
kapabilitas manusia itu luas, termasuk dapat berpikir, membuat perencanaan,
mengambil keputusan, memilih dengan cermat stimulus mana yang memutuhkan
perhatian ekstra, dan sebagainya. Tokoh psikologi kognitif diantaranya psikolog
berkebangsaan Inggris, Kenneth Craik.
d.
Pendekatan
Psikoanalitik
Ahli psikologi Austria, Sigmund Freud
mengembangkan pendekatan psikoanalitik yang didasarkan atas studi kasus yang luas dari para pasien secara
individual, bukan secara eksperimen. Dasar pemikiran pendekatan ini bahwa
sebagian perilaku manusia adalah proses yang tidak disadari ( unconscious
processes). Yang dimaksud dengan proses yang tidak disadari adalah pemikiran,
rasa takut, dan keinginan yang tidak disadari, tetapi berpengaruh terhadap
perilakunya.
e.
Pendekatan
Fenomenologi
Pendekatan ini
memusatkan perhatian pada pengalaman subjektifitas individu. Pendekatan ini
menekankan pemahaman kejadian atau fenomena yang dialami individu tanpa adanya
beban prakonsepsi atau ide teoretis. Para psikolog fenomenologis percaya bahwa
kita dapat belajar lebih banyak mengenai kodrat manusia dengan cara mempelajari
bagaimana manusia memandang diri dan dunia mereka daripada kita mengamati
tindak tanduk mereka.
Di pihak lain para ahli
psikologi fenomenologi lebih menitikberatkan pengertian mengenai pengalaman
individu daripada mengembangkan teori atau meramalkan perilaku.
2.2.2 METODE PENELITIAN PSIKOLOGI
Pada dasarnya
metode penelitian dapat dibedakan atas dua bagian yang besar, yaitu metode
longitudinal dan crossectional.
a. Metode Longitudinal
Metode
ini merupakan metode penelitian yang membutuhkan waktu relative lama untuk
mencapai sesuatu hasil penelitian. Dengan metode ini, penelitian dilakukan hari
demi hari, bulan demi bulan, malahan mungkin tahun demi tahun. Karena itu
apabila dilihat dari segi perjalan penelitian ini adalah secara vertical.
Hasilnya dikumpulkan dan diolah kemudian ditarik kesimpulan. Sudah barang tentu
dengan menggunakan metode penelitian ini peneliti membutuhkan waktu yang lama,
kesabaran serta ketekunan.
b. Metode cross-sectional
Metode
ini merupakan suatu metode penelitian yang tidak membutuhkan waktu yang terlalu
lama di dalam mengadakan penelitian. Dengan metode ini, dalam waktu yang relative
singkat dapat dikumpulkan bahan yang banyak. Jadi, jika dilihat dari jalannya
penelitian, secara horizontal. Sudah barang tentu penelitian ini dapat
berlangsung secara cepat, tetapi pada umumnya kurang mendalam.
Di
samping metode tersebut di atas, dalam penelitian psikologi digunakan pula
metode yang lain, yaitu metode eksperimental
dan metode non-eksperimental. Metode
eksperimental sengaja menimbulkan keadaan yang ingin diteliti. Sedangkan metode
non-eksperimental, peneliti mencari atau menunggu samapi dijumpai keadaan atau
situasi yang ingin diteliti, jadi mencari situasi yang ada dalam keadaan wajar
(natural)
Dengan
menggunakan metode eksperimental, peneliti sengaja menimbulkan keadaan yang
ingin diteliti dengan kata lain peneliti menggunakan perlakuan atau treatment, yang ingin diketahui akibat
dari treatment tersebut. Prinsip dalam ekperimen ialah ingin mengetahui efek
sesuatu perlakuan yang dikenakan oleh peneliti terhadap keadaan yang
dikenainya. Dalam eksperimen treatment merupakan variabel bebas (independent variable), sedangkan
perubahan yang terjadi merupakan variabel tergantung (dependent variable). Selain itu diperlukannya kelompok control
untuk mengontrol apakah perubahan yang ada betul-betul sebagai akibat dari
adanya perlakuan tersebut.
Untuk
lebih terperinci, dapat dikemukakan metode-metode yang digunakan dalam lapangan
psikologi sebagai berikut:
1) Metode Introspeksi
Metode
ini merupakan suatu metode penelitian dengan melihat peristiwa-peristiwa
kejiwaan ke dalam dirinya sendiri. Metode ini dapat berupa eksperimental dan
non-eksperimental. Tentunya penelitian ini dijalankan dengan penuh kesadaran
dan secara sistematis menurut norma-norma penelitian ilmiah.
Hal
yang tidak boleh dilupakan bahwa metode introspeksi ini merupakan metode yang
khas, hanya terdapat pada manusia. Jadi, peniliti melihat kembali
peristiwa-peristiwa kejiwaan yang terjadi dalam dirinya sendiri, sebab yang
diselidiki adalah apa yang telah terjadi, bukan apa yang sedang terjadi di
dalam dirinya, sehingga istilah retrospeksi lebih tepat daripada introspeksi.
Metode ini mempunyai kelebihan, yaitu banyaknya peristiwa kejiwaan dapat
dimengerti dengan dasar atas keadaannya sendiri. Metode ini juga mempunyai
kelemahan, yaitu metode ini dianggap bersifat subjektif, karena orang-orang
sering tidak jujur dalam mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri, apalagi
tentang hal-hal yang tidak baik.
2) Metode introspeksi eksperimental
Metode
ini adalah gabungan dari metode introspeksi dengn metode ekperimen sehingga
sifat subjektivitas dari metode introspeksi akan dapar diatasi. Pada
introspeksi ekperimental jumlah subjek banyak, yaitu orang-orang yang
dieksperimentasi itu. Dengan luasnya atau banyaknya subjek penelitian, hasilnya
akan lebih bersifat objektif.
3) Metode Ekstrospeksi
Metode
ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode
introspeksi. Pada metode ekstrospeksi, subjek penelitian bukan dirinya sendiri,
tetapi orang lain. Maka diharapkan adanya sifat yang objektif dalam penelitian
itu.
Metode
ekstrospeksi sebenarnya berdasarkan asas introspeksi. Maksudnya adalah
mengatakan atau menyimpulkan sesuatu yang terjadi pada orang lain, juga
berdasarkan atas keadaan dirinya sendiri. Dengan demikian kelemahan-kelemahan
pada metode ini sedikit banyak juga terdapat pada metode introspeksi.
4) Metode Kuisioner
Kuisioner
disebut juga dengan angket, adalah metode penelitian dengan menggunakan daftar
pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang
menjadi subjek dari penelitian tersebut. Pada garis besarnya, angket terdiri
dari dua bagian, yaitu:
a) bagian yang mengandung data
identitas
b) bagian yang mengandung
pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang ingin memperoleh jawaban.
Pada
bagian identitas, terdapat pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkap data
identitas dari orang yang dikenai angket. Tetapi, terkadang ada angket yang
tidak menggunakan nama, sekalipun yang lainnya diungkap. Ini disebut angket anonym.
Pada
bagian pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan, dapat digunakan untuk
memperoleh fakta dan opini. Pertanyaan itu ada beberapa macamnya yang sekaligus
memberikan bentuk atau jenis angket, yaitu:
a) Pertanyaan yang tertutup (closed question), yaitu bentuk
pertanyaan pada responden yang jawabannya tinggal memilih, yang telah
disediakan. Jadi, jawabannya telah terikat, responden tidak dapat memberikan
jawaban yang seluasnya, maka coraknya disebut angket yang tertutup (closed questionnaire), yang biasanya
dipakai jika persoalannya sudah jelas.
b) Pertanyaan yang terbuka (open question), yaitu pertanyaan pada
responden, yang diberikan kesempatan untuk memberi jawaban yang seluas-luasnya.
Angket semacam ini disebut juga angket terbuka (open questionnaire).
Jika
dilihat dari cara memberikan informasi, angket dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
a) Angket langsung, yaitu angket
diberikan kepada subjek yang dikenai tanpa perantara dan menjadi sumber pertama
(first resource).
b) Angket tidak langsung, yaitu
angket yang menggunakan perantara dalam menjawab. Pada angket ini, angket tidak
diberikan langsung kepada subjek
penelitian, tetapi diberikan ke perantara.
Metode angket
mempunyai keuntungan sebagai berikut:
a) merupakan metode yang praktis, sekalipun dari jarak
jauh serta peneliti tidak perlu langsung datang ke tempat penelitian.
b) dalam waktu yang singkat dapat
dikumpulkan data yang banyak, tenaga yang digunakan sedikit, singkatnya
merupakan metode yang hemat.
c) responden dapat menjawab dengan
leluasa dan terbuka sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain.
Sedangkan
kelemahannya yaitu:
a) keterangan lebih lanjut sulit
dicari sebab responden dan peneliti tidak berhadapan langsung, ketika responden
menemukan hal yang kurang jelas. Untuk mengatasinya, sebaiknya
pertanyaan-pertanyaan disusun dengan baik.
b) pertanyaan yang telah disusun
sedemikian rupa, sehingga tidak dapat diubah karena penyesuaian situasi.
c) angket yang telah dikeluarkan,
tidak seutuhnya kembali. Hal ini harus diperhatikan jika menggunakan metode
angket.
5) Metode Interview
Metode
penelitian ini dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan secara
lisan. Baik angket maupun interview, kedua-duanya menggunakan pertanyaan,
tetapi berbeda dalam penyajiannya. Kalau keduanya dibandingkan, terdapat
kelebihan dan kelemahan sebagai berikut.
a) Kelebihan: hal-hal yang kurang
jelas dapat ditanyakan, kondisinya dapat disesuaikan dengan keadaan interview,
dan adanya face to face yang diharapakan dapat menimbulkan suasana yang baik
dan membantu dalam mendapatkan bahan-bahan.
b) Kelemahan: membutuhkan waktu
yang lama, dibutuhkan keahlian, dan apabila ada prasangka (prejudice) maka akan mempengaruhi interview sehingga hasilnya tidak
objektif.
6) Metode Biografi
Metode
ini merupakan tulisan tentang keidupan seseorang yang merupakan riwayat hidup
yang di dalamnya terurai tentang keadaan, sikap-sikap atau sifat-sifat lain
mengenaiu orang yang bersangkutan sehingga biografi juga dapat dijadikan sumber
penelitian dalam lapangan psikologi.
Dalam
metode ini, terdapat pula kelemahan yang kadang-kadang bersifat subjektif,
maksudnya apabila dalam membaca biografi itu, terdapat kesepahaman. Jadi,
tentunya orang dalam membuat biografi akan dipengaruhi oleh sudut pandangnya,
terlebih dalam pembuatan otobiografi (biografi itu sendiri).
7) Metode Analisis Karya
Metode
ini melakukan analisis dari hasil karya karena karya tersebut merupakan
pencetusan dari keadaan jiwa seseorang, bisa juga termasuk dalam buku harian seseorang.
8) Metode Klinis
Metode
ini mula-mula timbul dalam lapangan klinik untuk mempelajari keadaan
orang-orang yang jiwanya terganggu (abnormal). Kelemahan metode ini seakan-akan
memberikan kesan bahwa subjeknya orang-orang yang jiwanya tidak normal, hingga
hasilnya yang dicapai kurang menggambarkan keadaan jiwa pada umumnya.
9) Metode Testing
Metode
ini merupakan metode yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan, atau
tugas-tugas lain yang telah distandarisasikan. Pada tes, orang ingin mengetahui
kemampuan atau sifat-sifat lain dari testee. Pada tes yang penting adalah
adanya standarisasi dan ini tidak terdapat dalam eksperimen.
Tes
sebagai metode penelitian mempunyai keuntungan yaitu dengan menggunakan tes
orang dapat mengetahui gambaran atau keadaan dari orang yang dites, sudah
memberikan ancer-ancer yang berguna
dalam menentukan langkah-langkah lebih lanjut. Sedangkan kelemahannya adalah
bahwa tes terikat kepada kebudayaan dari mana asal tes itu. Tetapi, untuk
mengurangi kelemahan ini, diciptakan tes baru yang bebas dari kebudayaan yaitu
tes performance.
10) Metode Statistik
Metode
statistic digunakan untuk mengadakan penganalisisan terhadap materi atau data
yang telah dikumpulkan dalam suatu penelitian. Kata STATISTIK digunakan untuk
membatasi cara-cara ilmiah untuk mengumpulkan, menyusun, meringkas, dan menyajikan
data penelitian dan merupakan cara untuk mengolah data tersebut dan menarik
kesimpulan-kesimpulan yang logic dari pengolahan data tersebut. Dengan
demikian, penggunaan statistic dalam suatu penelitian diharapkan akan dapat
tercapai hasil yang sebaik-baiknya, yang seobjektifnya-objektifnya.
2.3
MAHZAB ILMU PSIKOLOGI
Boeree (2005: 289-436)
membagi mahzab dalam psikologi menjadi sembilan, yaitu psikologi eksperimental
dan fisiologis, psikoanalisis, behaviorisme, gestalt,
humanistik-existensialisme- fenomenologis, dan kognitif.
a.
Psikologi
Eksperimental dan Klasik
Menurut Atkinson
(1996:20) sebutan psikologi eksperimental merupakan istilah yang keliru karena
para ahli psikologi dengan keahlian bidang lain pun melakukan eksperimen.
Tetapi, kelompok ini biasanya terdiri dari pada ahli psikologi yang
mempergunakan metode eksperimen untuk mempelajari bagaimana orang bereaksi
terhadap rangsangan indra, memandang dunia ini, belajar dan mengingat, menjawab
secara emosional, dan digerakkan untuk bertindak., baik oleh rasa lapar, maupun
keinginan untuk sukses. Metode eksperimen dalam psikologi mulai diperkenalkan
oleh dua tokoh ahli psikologi bernama Wilhelm Wundt dan William James yang
biasanya dianggap sebagai “Bapak Psikologi”.
Bidang ini erat
hubungannya dengan biologi serta psikologi fisiologi. Para ahli psikologi
fisiologi disebut juga ahli neuropsikologi ( Atkinson, 1996:21). Bidang ini
mencoba menemukan hubungan antara proses biologis dengan perilaku.
b.
Psikologi
Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah
sebuah metode perkembangan kepribadian, filsafat tentang manusia, dan metode
psikoterapi. Sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan praktik
psikoanalisis meliputi:
a.
Kehidupan mental
individu menjadi dapat dipahami dan pemahaman terhadap sifat manusia dapat diterapkan
pada perbedaan penderitaan manusia.
b.
Tingkah laku diketahui
seiring ditentukan oleh faktor-faktor tidak sadar.
c.
Perkembangan pada masa
dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa
dewasa.
d.
Pendekatan
psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cra-cara
yang digunakan oleh ondividu dlam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan
adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan.
e.
Pendekatan
psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran
melalui analiusis atau mimpi, resistensi, dan transferensi ( Corey, 1995: 13).
Menurut pandangan
psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri atas tiga sistem, yaitu id, ego, superego. Ketiganya adalah nama lain proses dan bukan
sebagai agen yang terpisah dalam mengoperasikan kepribadian, tetapi merupakan
fumgsi-fungsi kepribadian sebagai keseluruhan.
a. Id
Komponen biologis,
tempat bersemayamnya naluri, buta, menuntun, dan mendesak. Seperti kawah yang
terus mendidih dan bergolak, tidak dapat mentolerir ketegangan, dan bekerja
untuk melepaskan ketegangan itu sesegera mungkin, serta didorong oleh
kepentingan naluriah atas kesenangan yang bersifat tidak sadar.
b. Ego
Memiliki kontrak dengan
dunia eksternal dari kenyataan. Dialah yang merupakan eksekutif dari
kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Ia sebagai pengantar
naluri dengan lingkungan sekitar. Egolah yang mengendalikan kesadaran dan
melakukan sensor yang realistis dan berfikir logis. Karena itu, ego adalah
tempat bersemayamnya inteligensi dan rasionalitas yang mengawasi impuls- impuls
buta dari id. Hal ini berbeda dengan
superego yang merupakan cabang moral atau hukum dari kepribadian yang urusan
utamanya adalah apakah tindakan itu baik atau buruk.
c. Superego
Merepresentasikan
nilai-nilai yang dijunjung orang tua dan masyarakat yang diajarkan kepada anak.
Selain itu, superego pun berkaitan dengan imbalan dan hukuman.
c. Psikologi
Behaviorisme
Behaviorisme adalah posisi filosofis yang mengatakan bahwa
untuk menjadi ilmu pengetahuan, psikologi harus memfokuskan perhatiannya pada
sesuatu yang dapat diteliti, yaitu lingkungan dan perilaku, daripada fokus pada
apa yang tersedia dalam individu, seperti presepsi, pikiran, bagaimana citra, dan
perasaan sehingga tidak akan pernah dapat menjadi ilmu pengetahuan yang
objektif ( Boeree, 2005: 385).
d.
Psikologi
Gestalt
Teori gestalt
menekankan pentingnya proses mental. Dasar dari teori ini ialah bahwa subjek
tersebut mereaksi pada keseluruhan kesatuan yang bermakna (Koffka, 1935:141).
Pandangan gestalt berasal dari konsep gestalt qualitat atau kualitas bentuk
yang diuraikan oleh Christian von Ehrenfels pada tahun 1890. Arti istilah
tersebut mengacu pada kualitas tertentu yang dimiliki suatu soneta atau lukisan
yang tidak berupa not, warna, atau kata yang terlepas-lepas (Murphy, 1949). Max
Wertheimer mengenalkan empat hukum yang mengatur organisasi persepsi orang
ketika menghadapi stimulus, yaitu:
a.
Proksimitas, berdekatan
atau mendekati. Contohnya, suatu benda sering dipersepsi sebagai sesuatu yang
berada di dekatnya sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan dekatnya.
b.
Similarita atau
kesamaan, contohnya sesuatu benda sering dipersepsi berdasarkan ciri-ciri
persamaan yang dimiliki.
c.
Arah terbuka, contohnya
garis yang terputus-putus dipersepsi sebagai lingkaran yang terbuka.
d.
Simplisitas
(penyederhanaan), contohnya sesuatu garis tertentu lebih suka disederhanakan
sebagai bentuk keseluruhan.
e.
Humanistik-
Eksistensialisme- Fenomenologis
Mahzab ini dipelopori
oleh Abraham Maslow dan Carl Rogers. Menurut Maslow bahwa kodrat manusia pada
dasarnya adalah baik atau sekurang-kurangnya netral. Kodrat manusia tidak jahat
dan hal ini merupakan pandangan baru mengingat banyak teoretikus sebelumnya
berpandangan bahwa beberapa insting adalah buruk atau antisosial yang harus
dijinakkan melalui latihan-latihan pengendalian maupun sosialisasi ( Hall dan
Lindzey, 1993: 109).
f.
Psikologi
Kognitif
Kognisi merupakan suatu
konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan. Termasuk di dalamnya ialah
mengamati, melihat, menduga, dan menilai ( Chaplin, 1992: 90). Istilah itu
merujuk pada bentuk-bentuk pemikiran abstrak serta pemecahan masalah yang
didasarkan pada manipulasin simbol-simbol linguistik ( proposisi) atau
simbol-simbol kebendaan (citra). Sedangkan istilah psikologi kognitif mengacu
pada upaya pemahaman berbagai bentuk instrumen observasi empirik sistematis
manusia yang selanjutnya dikonstruksikan menjadi serangkaian teori (
Richardson, 2000:127)
Kelahiran psikologi
kognitif dipengaruhi oleh dua tradisi pemikiran, yaitu:
a.
Psikologi kognitif
sebagai perkembangan alamiah dari apa yang disebut sebagai psikologi
eksperimental yang selanjutnya merangkum metodologi perilaku yang mendominasi
riset psikologi pada abad ke-20. Pendekatan ini mendorong dikembangannya riset
kognitif yang memadukan observasi lapangan atau penelitian laboratorium dalam
pelaksanaan analisis konseptual.
b.
Psikologi kognitif
berkembang setelah Perang Dunia II, pada awalnya dimaksudkan untuk mencari
pemecahan masalah di seputar interaksi antara manusia dan mesin (Richardson,
2000: 128).
2.4
KONSEP PSIKOLOGI
1. Motivasi
Motivasi
adalah suatu keadaan dan ketegangan individu yang membangkitkan dan memelihara
serta mengarahkan tingkah laku yang mendorong (drive) menuju pada suatu tujuan (goal) untuk mencapai suatu kebutuhan (need) (Chaplin, 1999:310;
Thoha, 1993: 180-181).
Jika
pada umumnya psikologi banyak bertanya “bagaimana”, maka dalam motivasi kita
akan menjawab pertanyaan “mengapa”. Dalam menjawab pertanyaan “mengapa” tersebut,
kita dapat mengemukakan jawaban atas dasar beberapa pendekatan (Apter, 1996:
688-689).
a. Pendekatan hedonisme, di mana orang akan berperilaku memaksimalkan
kesenangan dan meminimalkan penderitaan karena pada hakikatnya individu adalah
makhluk yang rasional.
b. Pendekatan psikoanalitis, yang menempatkan manusia tidak selalu
rasional. Perilakunya ditentukan oleh pergulatan antara dorongan-dorongan bawah
sadar yang kuat terutama ide yang bekerja atas dasar nafsu dan biologis.
c. Pendekatan insting, bahwa manusia sebagai makhluk nonrasional dan
menunjukkan penerusan antara motivasi hewani dan manusiawi (McDougal, 1908).
d. Pendekatan eksperimental, untuk menggambarkan kekuatan tenaga
internal (dorongan/drive) yang membuat organisme melakukan suatu tindakan
(Woodworth, 1918).
e. Pendekatan teori rangsangan, optimal (optimal aurosal theory), di
mana organisme berusaha mencapai dan memelihara rangsangan yang berskala
menengah pada dimensi rangsangan (Hebb, 1995).
f.
Pendekatan aktualisasi diri, di mana
manusia selalu memiliki kebutuhan mendasar untuk berkembang secara psikologis
menjadi individu yang sepenuhnya memiliki potensi-potensi positif untuk
diaktualisasikan (Apter, 1996: 687).
2. Konsep Diri
Konsep
diri merupakan penilaian tentang dirinya oleh orang lain yang menyangkut aspek
physical, perceptual, dan attitudinal (fisik, persepsi, dan kesikapan). Dalam
kaitannya dengan penilaian tersebut, Cooley mengeluarkan teori tentang Looking
Glass Self. Artinya, setiap hubungan social di mana seseorang itu terlibat
merupakan suatu cerminan diri yang disatukan dalam identitas orang itu sendiri
(Johnson, 1986: 28).
Menurut
Gecas (2000: 955), ada tiga motivasi diri yang menonjol dalam literature
psikologi social, yaitu:
a. Motivasi penguatan diri (self-enhancement) atau motivasi harga
diri (self-esteem motive) mengacu pada motivasi seorang
individu untuk mempertahankan atau menguatkan harga diri mereka yang dapat
dilakukan kecenderungan orang dalam mendistorsi kenyataan agar tetap positif.
b. Motivasi kemampuan diri (self-efficacy motive) mengacu pada
pentingnya menghayati (experiencing)
diri sebagai agen sebab akibat, yaitu motivasi untuk menerima dan menghayai
diri sebagai seseorang yang mampu, kompeten, dan tidak dapat lepas dari
konsekuensi-konsekuensinya, baik positif (memberi semangat) maupun negative
(alienasi dan fatun).
c. Motivasi konsistensi diri (self-consistency motive) lebih merupakan
motivasi diri yang terlemah. Konsep ini menyatakan bahwa konsep diri sebagai
organisasi pengetahuan atau generalisasi kognitif yang memberi penekanan lebih
besar pada motivasi konsistensi diri.
3. Sikap
Konsep
sikap merujuk pada masalah yang lebih banyak bersifat evaluatif afektif
terhadap suatu kecenderungan atas reaksi yang dipilihnya. Dengan demikian,
sikap sebagai tendensi untuk bereaksi secara menyenangkan ataupun tidak
menyenangkan terhadap sekelompok stimuli yang ditunjuk. Dalam istilah yang
lebih objektif, konsep sikap mungkin dikatakan berkonotasi konsistensi respons
dalam kaitannya dengan kategori stimuli. Namun, dalam praktiknya, konsep sikap
kerap kali tidak terasosiasikan dengan stimuli social dan dengan respons
bernada emosional. Ini sering kali mencakup penilaian atas nilai (Anastasi dan
Urbina, 1997: 42). Sikap pada galibnya diukur melalui prosedur tanya jawab
langsung ataupun tidak langsung dengan responden yang diminta untuk menunjukkan
reaksi evaluatif mereka terhadap sesuatu atas perilaku seseorang.
Pendapat
seseorang maupun kelompok kadang-kadang dibedakan dari sikap, tetapi pembedaan
yang diajukan tidak konsisten dan juga tidak dapat di pertahankan secara
argumentative. Kedua bentuk tersebut lebih sering digunakan secara timbal
balik. Walaupun dalam kaitannya dengan metodologi penaksiran, survey opini
secara tradisional dibedakan dari skala sikap. Dalam penyusunan skala sikap
(attitude scale), pertanyaan-pertanyaan yang berbeda dirancang untuk mengukur
suatu sikap tunggal atau suatu variabel undimensional, dan prosedur-prosedur
objektif ditempuh untuk mendekati sasaran tersebut.
4. Persepsi
Dalam
Kamus Lengkap Psikologi karya Chaplin
(1999: 358), memiliki arti:
(a) proses mengetahui atau
mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra;
(b) kesadaran dari proses organis;
(c) satu kelompok pengindraan
dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu;
(d) variabel yang menghalangi atau
ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisme untuk melakukan pembedaan
di antara perangsang;
(e) kesadaran intuitif mengenai
kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu.
Persepsi
mengacu pada mekanisme yang menjadi alat kita menyadari dan memproses informasi
tentang stimuli ataupun dunia eksternal, baik itu yang menyangkut kaulitas
kognitif maupun afektif. Nilai penting teoritis dari persepsi berasal dari sudut
pandang empiris dalam filsafat yang berusaha menjaga pengetahuan dan pemahaman
yang diperantarai oleh kemampuan indra kita.
Di
atas telah dikemukakan bahwa pengetahuan dan pemahaman diperantarai oleh indra.
Aristoteles mengklasifikasikan indra menjadi lima (panca) kategori, yaitu
penglihat (visison), pendengaran(audition), penciuman(alfaction),
perasa(gustation), dan peraba(groping). Selain itu ada indra kinestetis (posisi tungkai) dan indra vestibular (gerakan dan posisi kepala)
(Leibowitz, 2000: 960).
Informasi
dari indra-indra inilah yang digabungkan dengan pengalaman masa lalu, baik
disadari atau tidak. Kemudian informasi tersebut membentuk kesadaran kita
mengenai dunia luar dan membimbing motorik respons kita. Untuk sebagian, peran
persepi diterima secara akurat, dan sebagian melakukan kesalahan karena muncul
mekanisme normal aktif secara tidak normal. Inilah kekeliruan yang disebabkan
oleh ilusi, yang terdapat kesalahan pengamatan yang tidak sesuai dengan
pengindraan. Akan tetapi ilusi berbeda dengan halusinasi yang tidak berdasarkan
persepsi dunia luar yang akurat.
5. Frustasi
a. Frustasi merujuk pada
terhalangnya tercapainya tujuan yang diharapkan pada saat tertentu dalam
rangkaian. Jadi, frustasi dianggap sebagai pembatas eksternal yang menyebabkan
seseorang tidak dapat memperoleh kesenangan yang diharapkannya.
b. Frustasi sebagai reaksi
emosional internal yang disebabkan oleh suatu penghalang.
Intinya, frustasi merupakan suatu
reaksi emosional yang disebabkan oleh gagal atau terhalangnya pencapaian tujuan
yang diharapkan.
Jadi
demikian, lalu timbul pertanyaan, frustasi yang bagaimana yang menimbulkan
agresi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada beberapa jenis frustasi yang
menyebabkan kecenderungan agresif, terutama jika rintangan itu tidak adil
bersifat arbiter, illegal, atau sifat pribadi. Pendapat tersebut sejalan dengan
Nicholas Pastore bahwa orang akan lebih marah jika rintangan dalam mencapai
tujuan bersifat tidak adil, disbanding jika hal itu sesuai aturan social.
6. Sugesti
Sugesti
merupakan bagian dari bentuk interaksi social yang menerima dengan mudah
pengaruh orang lain tanpa diseleksi dengan pemikiran yang kritis. Tanpa
penggunaan kekuatan fisik atau paksaan. Keadaan mental seseorang menjadi mudah
terkena sugesti orang lain, biasanya didahului oleh simpati, rasa kagum, dan
menyenangi sehingga sering mengikuti kehendak atau pengaruh dari orang lain
tersebut.
Namun,
tidak berarti bahwa sugesti semata-mata dari pengaruh eksternal (heterosugesti) karena sugesti secara
luas merupakan pengaruh psikis yang berasal dari orang lain maupun diri sendiri
atau otosugesti (Belen, 1994: 253).
Seseorang dapat dengan mudah menerima sugesti yang terjadi karena berbagai hal.
a. Bila yang bersangkutan mengalami
hambatan dalam daya berpikir kritisnya, apakah itu karena stimulus yang
emosional atau karena kelelahan fisik dan mental.
b. Karena seseorang mengalami
disosiasi atau terpecah belah pemikirannya.
c. Karena adanya dukungan mayoritas
yang dapat memengaruhi perubahan opini, prinsip, dan pendapat maka individu
ataupun kelompok minoritas dapat berubah pendapat sesuai dengan kehendak
mayoritas.
7. Prestasi
Prestasi
merupakan pencapaian atau hasil yang telah dicapai yang memerlukan suatu
kecakapan/keahlian dalam tugas-tugas akademis maupun nonakademis (Chaplin,
1999: 310). Berkaitan dengan teori N’Ach (Need for Achievement) McClelland,
seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, bukanlah semata-mata
mengejar materi dan meningkatkan status social, melainkan mempunyai nilai dan
kebanggaan sendiri secara batiniah yang tidak dapat diukur secara materi maupun
gengsi. Pada bangsa-bangsa miskin dan berkembang, pada umumnya memiliki N’Ach
yang rendah. Menurut Fakih (2001; 59), khayalan, mitos, dan legenda ada
kaitannya dengan dorongan dan perilaku dalam suatu kehidupan yang dinamakan
N’Ach, yakni untuk bekerja secara baik, bekerja bukan atas dasar gengsi ataupun
pengakuan social, tetapi bekerja demi pemuasan batin dari dalam untuk
berprestasi.
8. Crowding (Kerumunan Massa)
Crowding
(kerumunan massa) merupakan suatu kumpulan orang-orang yang memiliki
kepentingan yang sama walaupun mungkin tidak saling mengenal dengan emosi-emosi
yang mudah dibangkitkan dan tidak kritis (Chaplin 1990: 188). Jiwa massa
tersebut impulsive, lebih mudah tersinggung, bersikap menerabas, lebih mudah
terbawa sentimen-sentimen, kurang rasional, suggestible, mudah mengimitasi
agresi dan kekerasan, bersifat primitive dalam arti buas, beringas, tidak
rasional, serta sukar dikendalikan (Gerungan, 2000: 34).
9. Imitasi
Imitasi
merupakan salah satu proses interaksi social yang banyak terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dengan menuju perbuatan orang lain secara disengaja.
Secara positif, imitasi dapat menimbulkan pengaruh makin patuhnya terhadap
norma-norma yang berlaku, terutama pada system masyarakat patrimonial (patronase). Manusia baru dapat menjadi
suatu masyarakat manakala ia mau mengimitasi kegiatan manusia lainnya. Lalu,
manusia belajar melalui peniruan, mengambil pola-pola perilaku yang mereka
lihat di sekitar mereka, dan juga melaui proses umum yang disebut pembiasaan.
10. Kesadaran
Konsep kesadaran memiliki makna inti
yang merujuk pada suatu kondisi atau kontinum di mana kita mampu merasakan,
berpikir, dan membuat persepsi (Wright, 2000: 162). Kesadaran pun sangat dipengaruhi
oleh sudut pandang individual, dan kita mungkin dapat mengatakan bahwa
aspek-aspek subjektif dan kesadaran itu berada di luar penjelasan system ilmu
pengetahuan yang didasarkan pada pemahaman bersama, bahkan berada di luar semua
makna yang terkonstruksikan secara social.
11. Fantasi
Konsep
fantasi merujuk pada kapasitas manusia yang luar biasa dalam memberikan sosok
pada sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, kemudian melengkapinya dengan aneka
pengandaian, baik itu secara spontan maupun sengaja (Janjnes, 1977). Pada abad
ke-20, fenomena ini menjadi kajian ilmiah formal dalam psikologi. Dalam bahasa
sehari-hari sering disamakan dengan khayalan. Padahal dalam bidang-bidang
eksperimental atau klinis, istilah fantasitersebut memiliki pengetian yang
lebih luas lagi, mengingat istilah tersebut tidak sekadar aktivitas imajiner
secara spontan, melainkan merupakan produk pemikiran yang muncul sebagai
respons suatu kesadaran atau gambaran yang tidak jelas yang mengacu pada
representasi artistic proses-proses mental (Singer, 2000:342)
12. Personalitas
Merupakan
sebuah konsep samar yang mencakup seluruh karakteristik psikologi yang
membedakan seseorang dengan yang lainnya. Namun, secara garis besar
personalitas pada hakikatnya merupakan organisasi dinamis dalam individu yang
terdiri dari system-sistem psikofisik yang menentukan tingkah laku dan pikiran
yang dimiliki secara karakteristik.
Mungkin
teori kepribadian multisifat yang sebenarnya lebih satu kesatuan yang utuh,
bukan satu aspek saja. Tujuan teori ini adalah mengidentifikasi konstelasi
sifat dasar yang membentuk struktur kepribadian dan menjelaskan perbedaan
setiap orang menurut letak berbagai perbedaan ini dalam dimensi-dimensinya.
13. Pikiran
Dalam
bahasa Yunani kuno, persoalan pikiran dikaitkan dengan jiwa atau roh, hal
serupa terjadi pula di Eropa pada Abad Pertengahan, di mana ajaran teologi
mendominasi. Pada masa lalu, pikiran diindentifikasi dengan pengalaman sadar.
Namun pendapat ini keliru. Sebab para ahli neurofisiologi dan klinik pada ababd
ke-19 menyelidiki berbagai level fungsi dalam susunan saraf dan menemukan
aktivitas mental tidak sadar. Pada level yang terendah, prosesor-prosesor ini
mengatur interaksi-interaksi sensoris dan motoris dengan dunia luar. Pada level
tertinggi, seluruh tujuan dipantau. Sebagian kecil dari model ini mungkin sama
fungsinya, sedangkan mayoritasnya mungkin relatif terspesialisasi (Valentine,
2000: 668).
14. Naluri atau Insting
McDougal
dalam bukunya Introduction to Social
Psychology (1908) mengemukakan bahwa naluri adalah suatu disposisi
psikologis turunan atau bawaan yang menentukan seseorang dalam merumuskan
persepsi, memberi perhatian atau memberi respons terhadap berbagai pengalaman
emosional atau dalam menghadapi suatu objek tertentu, kemudian melakukan
tindakan atau perilaku tertentu yang muncul begitu saja akibat adanya impuls
terhadap objek atau pengalaman tadi.
15. Mimpi
Mimpi
secara psikologis merujuk pada suatu aktivitas sederetan tamsil simbolik, ide,
gagasan, hasrat terpendam, kebutuhan, dan konflik yang saling bertalian dan
berlangsung selama tidur, selama dikuasai obat bius maupun selama dalam kondisi
terhipnotis (Chaplin, 1999: 147).
2.5 GENERALISASI PSIKOLOGI
a. Motivasi
Motivasi
seseorang untuk melakukan suatu tindakan dapat berlangsung baik disadari maupun
tidak disadari. Sebab, sebagai manusia sering terjadi bahwa kita tidak selalu
sepenuhnya menyadari akan sebab dan akibat yang ditimbulkan dari tindakan itu.
b. Konsep diri
Konsep
diri yang baik bagi seseorang adalah adalah konsep diri yang positif. Artinya
penilaian tentang orang tentang dirinya secara internal maupun eksternal adalah
seimbang dan valid. Sebaliknya, bagi seseorang yang sombong, tidak sesuai
antara penilaian dirinya secara internal dengan eksternal yang suka membual adalah
konsep diri yang negatif.
c. Sikap
Sebuah
sikap seringkali didefinisikan sebagai tendensi (kecenderungan) untuk bereaksi
secara menyenangkan ataupun tidak menyenangkan terhadap sekelompok stimulus
yang ditunjuk.
d. Persepsi
Persepsi
orang tentang suatu benda tertentu, memiliki nilai yang lebih objektif
dibanding jika kita bertanya tentang sikap seseorang terhadap sesuatu.
g.
Frustasi
Frustasi yang disebabkan ketidakadilan (
bersifat arbitrer), lebih erat hubungannya dengan terjadinya agresi, dibanding dengan
frustasi nonarbitrer. Sebab frustasi nonarbitrer justru reaksinya dapat menarik
diri dari pergaulan dan menjadi depresi (Krahe, 2005: 56 ;
Berkowitz,
1995: 47)
h.
Sugesti
Berlangsung proses sugesti dapat terjadi
karena pihak yang menerima dilanda kekalutan emosi dan sedang terhambat daya
pikirnya seseorang secara rasional. Akan tetapi juga dapat terjadi oleh sebab
yang memberikan pandangan tersebut adalah orang yang dianggap berwibawa dan
otoriter ataupun karena faktor suara mayoritas ( Soekanto, 1986: 52-53).
i.
Prestasi
Masyarakat
yang memiliki tingkat kebutuhan berprestasi, umumnya akan menghasilkan jiwa
wiraswastawan yang lebih semangat dan selanjutnya akan menghasilkan
perkembangan ekonomi yang lebih cepat, dibandingkan dengan kelompok yang
memiliki tingkat kebutuhan berprestasi yang lebih rendah.
h. Crowding (Kerumunan Massa)
Kerumunan
massa sering merefleksikan perbuatan-perbuatan primitif yang dertruktif,
walaupun pada hakikatnya tidak selalu merepresentasikan perbuatan negatif
seperti itu.
i. Imitasi
Menurut
Gabriel Tarde, masyarakat tidak lain adalah pengelompokan manusia, di mana
individu yang satu mengimitasi yang lain, dan sebhaliknya.
j. Kesadaran
Tingkat
kesadaran orang tergantung dari fungsi otak.
k. Fantasi
Fantasi
digunakan dalam dunia seni, namun sejak adab ke-20 menjadi kajian ilmiah formal
dalam psikologi ( Singer, 2000: 343).
l. Personalitas/ Kepribadian
kepridadian
adalah ciri watak seseorang yang khas dan konsisten yang membedakan individu satu dengan yang
lain.
m. Pikiran
Manusia sebagai makhluk
rasional yang beragama dan berbudaya, semestinya pikirannya mampu mengendalikan
perilakunya sehari-hari. Bukan sebaliknya, perilaku mengendalikan pikiran (
Valentine, 2000: 668).
n. Insting/ Naluri
Menurut
Carles Darwin dan Sigmund Freud, agresi dan kekerasan jika ditelusuri asal
muasalnya merupakan bagian integral dari seleksi alam yang kompetitif ataupun
insting/ naluri sebagai pertahanan naluri kehidupan (eros) maupun naluri
kematian (thanatos) sebagai makhluk manusia.
o. Mimpi
Studi
tentang mimpi menjadi keluar dari kepustakaan dunia ilmu-ilmu sosial. Padahal
jika ditelaah lebih jauh, mimpi memiliki multi fungsi untuk kepentingan manusia
sekarang dan mendatang (Cartwright, 2000: 240).
2.6 TEORI-TEORI PSIKOLOGI
1. Teori Agresi
Psikoanalisis Sigmund Freud
Dalam karyanya Beyond The Pleasure Principle (1920) mengemukakan inti dari teori
tersebut, yaitu sebagai berikut:
a.
Perilaku agresif manusia pada dasarnya didorong oleh dua kekuatan dasar yang
menjadi bagian tidak terpisahkan dari sifat manusia, yakni insting/naluri
kehidupan (eros) dan insting/naluri
kematian (thanatos).
b.Eros, mendorong orang mencari kesenangan
dan kenikmatan untuk memenuhi keinginan. Sedangkan thanatos diarahkan pada tindakan-tindakan destruktif diri serta perasaan
berdosa/bersalah.
c.
Karena sifat antagonistiknya, kedua insting/naluri itu merupakan sumber konflik
intrafisik yang berkelanjutan, yang hanya dapat diatasi dengan mengalihkan
kekuatan dengan orang yang bersangkutan kepada orang lain.
d.
Satu alternative yang mungkin dapat dilakukan melalui katarsis (pelepasan) yang dapat dilakukan melalui humor maupun
menyalurkan agresi terhadap benda-benda tiruan, serta berolahraga yang
menunjukkan permainan keras.
2. Teori
Disonasi Kognitif Festinger
Dalam karyanya A Theory of Cognitive Dissonance (1957), menjelaskan bahwa
disonansi adalah hubungan dua elemen yang terjadi disertai suatu penyangkalan.
Adapun isi poko teori disonansi kognitif tersebut yaitu:
a. Antara elemen-elemen kognitif mungkin terjadi hubungan yang tidak pas (nonfitting relations) yang menimbulkan disonansi (kejanggalan) kognitif.
a. Antara elemen-elemen kognitif mungkin terjadi hubungan yang tidak pas (nonfitting relations) yang menimbulkan disonansi (kejanggalan) kognitif.
b.
Disonansi kognitif menimbulkan desakan untuk mengurangi disonansi tersebut dan
menghindari peningkatannya.
c.
Hasil dari desakan itu terwujud dalam perubahan-perubahab pada kognisi.
d.
Perubahan tingkah laku dan menghadap diri pada beberapa informasi tentang
pendapat baru yang sudah diseleksi telebih dahulu.
3. Teori
Kepribadian Erich Fromm
Sebagai seorang
psikoanalisis-humanis, tema dasar tulisan-tulisan beliau selalu menggunakan
tema kesepian dan isolasi akibat dipisahkan dari alam dan orang lain. Secara
singkat, teori kepribadian yang digagas Fromm adalah sebagai berikut:
a.
Kebebasan manusia yang semakin luas, menempatkan manusia merasa semakin
kesepian, dengan kata lain kebebasan menjadikan keadaan yang negative di mana
manusia-manusia melarikan diri.
b.
Manusia selalu berusaha memecahkan kontradiksi-kontradiksi dasar yang ada
padanya. Maksudnya bahwa seseorang pribadi merupakan bagian, sekaligus terpisah
dari alam; merupakan binatang, dan sekaligus manusia. Sebagai manusia, ia
memiliki pengalaman khas meliputi perasaan lemah lembut, cinta, perasaan
kasihan, perhatian, tanggung jawab, identitas, integritas, transendensi,
kebebasan, nilai-nilai, serta norma-norma.
c.
Aspek individu, yakni aspek binatang dan aspek manusia merupakan
kondisi-kondisi dasar eksistensi manusia, yang berasumsi bahwa: “Pemahaman
tentang physic manusia harus berdasarkan analisis tentang kebutuhan manusia
yang berasal dari kondisi-kondisi eksistensinya.” Kebutuhan itu mencakup:
kebutuhan keterhubungan, transendensi, keterberakaran, identitas, dan kerangka
orientasi.
d.
Kepribadian orang akan berkembang menurut kesempatan yang diberikan kepadanya
oleh masyarakat tertentu.
e.
Sebagai manusia tidak lepas dari tipe karakter nekrofilus (tertarik pada kematian, sekunder dan hanya muncul bila
daya-daya hidup dikecewakan)dan biofilus
(mencintai kehidupannya, hidup adalah satu-satunya potensialitas primer).
f.
Sekarang ini tipe seperti: reseptif, eksploitatif, penimbunan, pemasaran, dan
produktif sudah demikian menggejala.
g.
Manusia memiliki kodrat esensial bawaan; masyarakat diciptakan oleh manusia
untuk memenuhi kodrat esensial ini; tidak satupun bentuk masyarakat yang pernah
diciptakan berhasil memenuhi kebutuhan dasar eksistensi manusia; adalah mungkin
menciptakan masyarakat itu.
h.
Masyarakat yang didambakan adalah sosialisme komunitarian humanistic.
4. Teori
Deprivasi Relatif Gurr
Merupakan hasil pemikiran dan
penelitian Ted Robert Gurr, dalam karyanya Why
Men Rebel (1970), yang meringkas teorinya sebagai berikut:
a.
Dengan mendefinisikan deprivasi relative sebagai hasil dari proses perubahan
harapan dan kemampuan untuk memenuhi harapan itu maka bentuk deprivasi dapat
dibedakan berdasarkan pola-pola perubahan.
1. Deprivasi presisten, yaitu
kemampuan yang secara konstan berada di bawah harapan.
2. Deprivasi aspirasional, yaitu
harapan naik dan kemampuan konstan.
3. Deprivasi dekremental, yaitu
harapan konstan dan kemampuan turun.
4. Deprivasi progresif, kemampuan
naik, tetapi masih lebih rendah dibandingkan harapan.
b.
Ketidakpuasan menciptakan potensi untuk kekerasan politik. Tiga kelompok factor
yang memperantai potensi untuk kekerasan politik dan kekerasan actual, yaitu:
1. Justifikasi normative untuk
kekerasan.
2. Justifikasi kemanfaatan
(utilitarian) untuk kekerasan
3. Keseimbangan antara sumber-sumber daya koersif dan
institusional dari pemberontak versus pemerintah/Negara.
5. Teori
Kecerdasan Majemuk Howard Gardner
Gardner mulai merumuskan teori
kognisi yang berlawanan dengan teori Piaget yang menyatakan bahwa inti dari
pemikirannya adalah konsepsi tentang anak sebagai “bakal ilmuwan” (incipient scientist) yang hampir
dikatakan “ilmuwan luar biasa” (preeminent
scientist), dan teori psikometris yang berkenaan dengan konsep kecerdasan
umum atau general intelligence atau “g”.
Menurut Gardner, kemungkinan
pemikiran dan kepandaian manusia sebenarnya dapat dijelaskan. Teorinya tidak
seperti teori-teori lain dengan metode psikometri tradisional, bukan merupakan
jawaban terhadap pertanyaan tersirat. Multiple
Intelligence adalah jawaban pertanyaan tersurat, kemampuan kognitif apa
yang memungkinkan manusia menjalankan peran-peran orang dewasa.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
Gardner meniliti berbagai literature sains dan ilmu social untuk memperoleh
kecerdasan potensial (candidate
intelligence). Tidak hanya didukung oleh tes psikometri, kecerdasan juga
dibuktikan dengan hasil dari tugas-tugas dalam psikologi eksperimental. Kecerdasan
menunjukkan sekumpulan kegiatan pengolahan, yang dirancang oleh informasi yang
relevan dengan kecerdasan itu (Kornhaber, 2003: 487).
Dengan menggunakan criteria
tersebut, Gardner mengidentifikasi delapan kecerdasan yang relative otonom,
yakni: kecerdasan linguistic, logika matematika, spasial, kinestetik jasmaniah,
interpersonal, intrapersonal, dan naturalis (membuat kategorisasi dan
menentukan ciri-ciri lingkungan).
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
1.
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik
sebagai individu maupun dalam hubungnnya dengan lingkungan. Tingkah laku
tersebut meliputi yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari
maupun yang tidak. Dalam perkembangannya, ilmu psikologi dikelompokkan dalam
beberapa bidang yaitu: Psikologi Perkembangan, Psikologi Pendidian, Psikologi
Sosial, Psikologi Industri, dan Psikologi Klinis.
2.
Pendekatan dalam psikologi dibagi atas pendekatan neurolobiologis, pendekatan
perilaku, pendekatan kognitif, pendekatan psikoanalitik, dan pendekatan
fenomenologis. Pada dasarnya metode penelitian dapat dibedakan atas dua bagian
yang besar, yaitu metode longitudinal dan metode crossectional. Dalam
penelitian psikologi digunakan pula metode yang lain, yaitu metode eksperimental dan metode non-eksperimental. Metode eksperimental
sengaja menimbulkan keadaan yang ingin diteliti. Sedangkan metode
non-eksperimental, peneliti mencari atau menunggu sampa dijumpai keadaan atau
situasi yang ingin diteliti, jadi mencari situasi yang ada dalam keadaan wajar
(natural). Dapat pula dikemukakan
metode-metode yang digunakan dalam lapangan psikologi, sebagai berikut: 1)
Metode Introspeksi, 2) Metode introspeksi eksperimental, 3) Metode
Ekstrospeksi, 4) Metode Kuisioner, 5) Metode Interview, 6) Metode Biografi, 7)
Metode Analisis Karya, 8) Metode Klinis, 9) Metode Testing, dan 10) Metode
Statistik.
3.
Mahzab dalam ilmu psikologi dibagi menjadi psikologi eksperimental dan
fisiologis, psikologi psikoanalisis, psikologi behaviorisme, psikologi gestalt,
psikologi humanistik-existensialisme-fenomenologis, dan psikologi kognitif.
4.
Konsep yang dikembangkan dalam ilmu psikologi yaitu: motivasi, konsep diri,
sikap, persepsi, frustasi, sugesti, prestasi, crowding (kerumunan masa),
imitasi, kesadaran, fantasi, personalitas, pikiran, insting atau naluri, dan
mimpi.
5.
Generalisasi dalam ilmu psikologi yaitu yang menjadi pemikiran umum dari
motivasi, konsep diri, sikap, persepsi, frustasi, sugesti, prestasi, crowding
(kerumunan masa), imitasi, kesadaran, fantasi, personalitas, pikiran, insting
atau naluri, dan mimpi.
6.
Teori-teori dalam ilmu psikologi dapat dibagi menjadi:
a.
Teori Agresi Psikoanalisis Sigmund Freud
b.
Teori Disonasi Kognitif Festinger
c.
Teori Kepribadian Erich Fromm
d.
Teori Deprivasi Relatif Gurr
e.
Teori Kecerdasan Majemuk Howard Gardner
3.2 SARAN
Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang
berdiri sendiri, dengan pengertian bahwa ilmu ini mempelajari kondisi kejiwaan
manusia. Karena, pada dasarnya bahwa manusia itu menghayati kehidupan kejiwaan
berupa kegiatan berfikir, berfantasi, mengingat, sugesti, sedih dan senang,
kemauaan, dan sebagainya. Pada zaman yang makin berkembang, psikologi dapat
dimanfaatkan dalam cabang ilmu lainnya, disesuaikan dengan populernya suatu hal
yang menjadi perhatian khalayak umum seperti ekonomi, politik, social, dan
budaya. Peran psikologi mampu menyelusuri kondisi kejiwaan masing-masing
kepribadian seseorang. Dengan demikian, suatu instansi atau komunitas yang
kecil yang ada di dalam masyarakat bisa mengembangkan sumber daya manusia yang
lebih baik demi perbaikan kualitas manusia itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Supardan, Dadang. 2009.
Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Pendekatan
Struktural. Jakarta: Bumi Aksara. Cetakan ke-2
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta:
Andi. Cetakan ke-4
Sugihartono, dkk. 2007.
Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY
Press. Cetakan Pertama
Sujanto,
Agus. 1986. Psikologi Umum. Jakarta:
Aksara Baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar